Pada Hari Jum’at Tanggal 17 Februari
2012, SMP Negri 1 Jalancagak Mengadakan Tour Ke Yogyakarta,Sebelum berangkat
saya Bersiap Siap terlebih Dahulu untuk mempersiapkan mental dan kebutuhan
lainnya.Kami Berangkat Setelah Shalat Ashar
sekitar Pukul 16.30.Diperjalanan sangat seru namun Kami Terjebak macet yang panjang dan lama sekali
kurang lebih selama 5 jam di Jalan Gentong.Kami berhenti pukul 03.00 untuk
istirahat dan melaksanakan shalat magrib dan Isya di daerah Tasik.lalu kami
melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta dan mampir sebentar ke mesjid di dekat
perbatasan antara Jawa barat dan jawa tengah untuk melaksanakan shalat
shubuh.Setelah Kami tiba di daerah Jawa Tengah tujuan pertama Kami yaitu ke Gua
Jati Jajar.
Pada Hari Sabtu Tanggal 18 Februari
2012 pukul 09.00 Rombongan Kami tiba gua Jati Jajar.Goa Jatijajar
merupakan sebuah gua yang terbentuk selama ribuan tahun di kaki pegunungan
kapur. Panjang goa adalah 250 meter. Di area Goa Jatijajar ini juga terdapat
beberapa goa lainnya, seperti Goa Intan dan Goa Dempok serta tersedia taman dan
Pulau Kera. Stalagtit yang terdapat di dalam Goa Dempok terbentuk secara alami
selama ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Hingga kini masih terjaga
keasliannya. Goa Intan berada satu lokasi dengan obyek wisata Goa Jatijajar.
Goa ini memiliki keunikan tersendiri dengan langit goa yang relatif tidak
terlalu tinggi. Pegunungan kapur ini memanjang dari utara dan ujungnya di
selatan menjorok ke laut berupa sebuah tanjung. Berjarak sekitar 42 kilometer ke
arah barat dari Kota Kebumen atau 21 kilomater ke arah selatan dari Gombong.
Sebagaimana
umumnya objek wisata lain di Indonesia, yang hampir selalu menyimpan legenda,
Goa Jatijajar memiliki sebuah cerita. Pada jaman dahulu Gua Jatijajar merupakan
tempat bersemedi Raden Kamandaka, yang kemudian mendapat wangsit. Cerita Raden
Kamandaka ini kemudian dikenal dengan legenda Lutung Kasarung. Visualisasi dari
legenda tersebut dapat kita lihat dalam diorama yang ada di dalam goa itu.
Legenda di
dalam goa menggambarkan legenda Raden Kamandaka atau legenda Lutung Kasarung.
Untuk menuju ke obyek wisata ini telah tersedia sarana dan prasara
transportasi, penginapan serta rumah makan yang relatif representatif.
Patung
Dinosaurus yang seolah memuntahkan air dalam lokasi wisata ini sebenarnya
merupakan muara dari mata air dari dalam Goa Jatijajar yang tiada pernah
berhenti walau musim kemarau sekalipun. Air dari mulut patung Dinosaurus ini
memenuhi kolam renang untuk berenang anak maupun dewasa.
Obyek wisata
Goa Jatijajar dilengkapi taman yang asri yang dilengkapi dengan taman bermain.
Taman ini diberi nama Pulau Kera, karena di taman ini terdapat banyak patung
kera. Di gerbang mulut Goa Jatijajar, terdapat lobang di antara stalagnit,
sehingga bila cahaya matahari masuk terlihat sangat indah. Goa Jatijajar
merupakan bukti dari legenda Kamandaka (Lutung Kasarung), di mana kisah ini
secara tersirat dikisahkan melalui patung-patung yang ada di dalam Goa
Jatijajar.
Di dalam Goa
Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi yang data dicapai
dengan mudah hanya 4 (empat) sungai yaitu :
1.Sungai
Puser Bumi
2.Sungai Jombor
3.Sungai Mawar
4.Sungai Kantil
Tiap-tiap
sungai/sendang mempunyai mitos, yaitu :
Untuk sungai
Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat dapat digunakan untuk
segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sedangkan Sungai Mawar
konon airnya jika untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet
muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka
niat/cita-citanya akan mudah tercapai.
Pada mulanya
pintu-pintu Goa masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi
dibongkar dan dibuang, ketemulah pintu Goa yang sekarang untuk masuk. Karena
dimuka pintu Goa ada 2 pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka goa tersebut
diberi nama Goa Jatijajar (Versi ke I).
Di dalam Goa
Jatijajar banyak terdapat Stalagmit dan juga Pilar atau Tiang Kapur, yaitu
pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari
endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang
ditembusnya. Menurut penelitian para ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu
membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam satu tahun terbentuknya Stalagtit
paling tebal hanya setebal 1 (satu) cm saja. Oleh sebab itu Goa Jatijajar
merupakan Goa Kapur yang sudah tua sekali.
Batu-batuan
yang ada di Goa Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali. Karena umur
yang sudah tua sekali itu, maka di muka Goa Jatijajar dibangun sebuah patung
Binatang Purba Dinosaurus sebagai simbol dari Objek Wisata Goa Jatijajar, dari
mulut patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan sendang Mawar, yang
sepanjang tahun belum pernah kering. Sedangkan air yang keluar dari patung Dino
Saurus tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa
Jatijajar dan sekitarnya.
Adapun Goa
Jatijajar mempunyai panjang dari pintu masuk ke pintu keluar sepanjang 250
meter. Lebar rata-rata 15 meter dan tinggi rata-rata 12 meter sedangkan
ketebalan langit-langit rata-rata 10 meter, dan ketingian dari permukaan laut
50 meter.
Sebelum Goa
Jatijajar dibangun sebagai Objek Wisata, dahulu dikelola oleh juru kunci.
Adapun silsilah juru kunci yang pernah mengelola Goa Jtijajar, yaitu :
a. Juru
Kunci Ke I – Jayamenawi
b. Juru Kunci Ke II – Bangsatirta
c. Juru Kunci Ke III – Manreja
d. Juru Kunci Ke IV – Jayawikrama
e. Juru Kunci Ke V – Sandikrama
Setelah Goa
Jatijajar dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Sejak Goa
Jatijajar dibangun, di dalam Goa Jatijajar sudah ditambah dengan bangunan-bangunan
seni antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton
untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Goa
Jatijajar serta pemasangan patung-patung atau deorama.
Diorama yang
dipasang dan dalam Goa Jatijajar ada 8 (delapan) diorama, yang patung-patungnya
ada 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan cerita Legenda dari “Raden Kamandaka –
Lutung Kasarung”. Adapun kaitannya dengan Goa Jatijajar ialah, dahulu kala Goa
Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota
dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Perlu
diketahui bahwa jaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten Kebumen, adalah
termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor
(Batutulis) Jawa Barat.
Adapun
batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur Kali Lukulo
masuk ke wilayah Kerajaan Majapahit, sedangkan sebelah barat Kali Lukulo masuk
wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu terjadinya di kabupaten Pasir
Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad
ke-14. Namun keseluruhan Dioramanya dipasang di dalam Goa Jatijajar.
Setelah
berkunjung Ke goa Jatijajar kami pergi ke Kraton Yogyakarata dan tiba
pada pukul 14.00.
Kraton
Yogyakarata
adalah obyek utama di Kota Yogyakarta. Bangunan Bersejarah yang
merupakan istana dan tempat tinggal dari Sultan
Hamengku Buwana dan keluarganya
ini berdiri sejak tahun 1756. Kraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan
budayanya menjadi ruh kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kraton Yogyakarta juga
menjadi obyek wisata utama di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan
bangunannya maupun adat istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati
keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati
kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat
ini Kraton Yogyakartaditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang menjadi raja sekaligus gubernur
diYogyakarta.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi
keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja
Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di
Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton
Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang
yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta
memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara),
Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan,
Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung
Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik
yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain,
Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku
adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu
pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.Kami Belajar Banyak Hal di Kraton
Yogyakarta.
Setelah Itu Kami
Pergi Malioboro dan tiba pada pukul 16.30.Di malioboro Kami berbelanja untuk
oleh oleh.disana sangat banyak toko yang menjual barang yang bagus-bagus.di
malioboro kami hanya berbelanja saja.saya berbelanja baju untuk
keluarga.Setelah dari malioboro kami beristirahat semalam di hotel
Nugraha.meskipun pada malam hari suhu di yogyakarta sangat panas jadi saya
susah tidur karna gerah.dan juga ada beberapa teman saya yang sakit.
Pada Hari minggu
Tanggal 19 Februari 2012,Kami pergi Ke Taman Pintar.Kami Tiba di sana pada
pukul 08.30.Disana Kami melihat sejarah yogya dan lainya.setelah itu kami berangkat
ke Candi Borobudur dan tiba pukul 03.30 sore. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di
kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk
dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural
maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun
oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa
Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya
Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang
selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun.
Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang
berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur
berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur
berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum
direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah
digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar
dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang
berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan
tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang
ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan
tersebut.
Bagian dasar
Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah
dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada
tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di
atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut
Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan
bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat
Budha bersemayam.
Setiap tingkatan
memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief
itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri
dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah
yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang
menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas
petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief
kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat
di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief
yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi
ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari
ajaran Budha. YogYES mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong
sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang
budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3
abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi
Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja
Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala
biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam
naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut
"The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal
dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan
yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar
candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur.
Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam
karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa'
berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi.
Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Setelah Dari candi
Borobudur kami melanjutkan untuk Pulang.di perjalanan pulang kami beristirahat
di di kafe gombong. Disana kami makan dan berkarauke.setelah itu kami
melanjutkan perjalanan pulang dan tiba pukul 09.30 pagi di jalancagak.